Monday, March 11, 2013

It's Not A Good Bye!

Jumat, 8 Maret 2013
Hari terakhir ada di TelkomVision sebelum saya officially resign on March 13th.
Satu hari yang sibuk, dimulai dengan keluar rumah sekitar pukul 7 pagi untuk menghadiri akad nikah salah seorang sahabat di daerah Pasir Mukti, Citeureup. Kembali ke rumah sekitar pukul 1 siang bada Jumatan, saya hanya menyempatkan diri untuk cuci muka, ganti pakaian dan shalat Dzuhur lalu meluncur ke kantor. Hari sudah mendung. Ada rasa malas untuk pergi ke kantor karena lelah amat sangat di perjalanan pulang pergi Cileungsi – Pasir Mukti. Tapi mengingat ini adalah hari terakhir saya di kantor, maka saya lanjutkan perjalanan.
Satu tas plastik penuh berisi kue buatan mama saya bawa serta sebagai tanda perpisahan. Ah, perpisahan. Saya selalu merasa jengah mendengar kata yang satu itu. Terlebih kali ini.
Memutuskan untuk resign dari TelkomVision setelah kurang lebih 2 tahun mengabdi sejak 14 Desember 2010, saya merasa seperti sedang patah hati. Beberapa kali menangis setiap ingat ini adalah kantor pertama saya bekerja secara professional setelah lulus dari Sastra Inggris Universitas Psayaan lebih dari 2 tahun silam.
Mulai dari tim yang hanya terdiri dari 3 orang lalu sempat sendiri, kehadiran Itta dan Mbak Ani kemudian bergabung dengan tim Groovia, Dea, Dani, Yoha di STO Gambir sejak Februari 2012 hingga genaplah menjadi 6 orang, semua saya lalui.
Tim EPG Scheduler ini bagi saya bukan sekedar teamwork. Mereka seperti tim hore dalam 1,5 tahun terakhir. Galau, menangis, marah, sukacita, semua kami lewati setiap harinya. Kalau ada hal yang saya syukuri selama bekerja di TelkomVision selain pengalaman bekerja, merekalah hal itu.
Sampai akhirnya 1 bulan lalu Yoha memutuskan resign secara mendadak untuk bekerja sebagai accounting di salah satu perusahaan di Bogor, kenyamanan kami mulai terusik. Bagi saya pribadi, kemunduran Yoha dari tim seperti sulit diungkapkan dengan kata-kata. Yoha adalah sahabat saya sejak masuk kuliah. Breakfast felt different since she left us.
Disusul resignation letter dari Dea. Ah, rasanya kacau hati. Satu sisi kami senang karena mereka berani meninggalkan apa yang membuat mereka tak nyaman. Tapi di sisi lain, kami yang tersisa dalam tim merasa kehilangan amat sangat. Sejak Dea pergi, kami tak pernah lagi turun ke kantin pagi hari untuk sekedar sarapan bubur atau lontong sayur sambil bersenda gurau, berbincang tentang hal-hal remeh penuh kesukaan.
Sebenarnya sebelum Dea, sayalah yang memutuskan untuk resign. Hanya saja saya menunda laporan resign karena sepertinya keadaan sedang kurang memungkinkan.
(ki-ka): Mbak Ani, Dani, Dea, Me, Yoha, Itta, Mbak Mira
Hari-hari jelang resign kemarin terasa aneh. Memandangi tim yang tersisa, Dani, Itta dan Mba Ani menjadi hal yang bisa membuat air mata saya meleleh. Saya terlalu drama queen.
Terlebih sejak kurang lebih 4 bulan terakhir saya diperbantukan di Media Library team bersama Om Jon, spv berdarah Batak namun lembut hati. Ah, semakin sedih rasanya meninggalkan mereka.
Selain diperbantukan sebagai Media Library, saya sebelumnya telah bertindak sebagai ‘admin bayangan’ untuk tim Broadcast di Gambir. Memenuhi kebutuhan operasional tim setiap bulannya, melaporkan penggunaan petty cash, mondar-mandir Head Office di Tebet sampai belanja ke pasar ditemani Mas Puthut, Asman yang selalu berbaik hati mengantar.
Di hari terakhir bersama mereka, Om Jon tiba-tiba memberi saya bingkisan berisi jersey t-shirt warna pink tim kesayangannya, Juventus. Disusul Mbak Mira, salah satu Traffic Staff yang memberikan sajadah barunya. Ah, terharu rasanya.
Pamitan dengan mereka sebelum mereka pulang jadi momen penuh air mata. Saya ini mudah terharu sekali!
Ternyata begitu banyak yang menyayangi saya di sana. Semoga satu hari nanti kami bisa bertemu lagi. Because it’s not a ‘Good Bye.’ It’s a ‘Good Luck for Us!’J
 

Template by Suck my Lolly