Monday, February 27, 2017

'Nemu' Teh Ve

12:27 am

Beberapa hari terakhir, tiba-tiba inget seorang sahabat lama. I lost contact with her for about 6 years. Itu lama, kan? Hehe. She's actually my senior in campus. Tapi orangnya ramah bgt. Dia jg yg ajarin banyak hal waktu saya jadi Sekretaris Umum BEM Fakultas Sastra Universitas Pakuan (c.i.e.e.e.. 😂)
Lost contact karena hape rusak dan contact list ga ada yang selamat, plus kebetulan dia punya FB tiba-tiba udah ga aktif. 
Naluri detektif kepo saya pun berjalan (tsah!). Ngubek2 sosmed akhirnya nemu akun @sweetofve di Instagram. Tapi digembok a.k.a private. Dang!! 
Modal nekat, follow aja lah. Siapa tau bener, kan?
Terus tiba-tiba inget hape jaman kuliah kan masih nyala. Akhirnya nyari nomor hp si teteh dan ketemu. Save di hape, cari di Whatsapp contact. Ketemu! 
Alhamdulillah masih aktif..
Akhir-akhir ini saya emang sering kepikiran banyak sahabat lama. Berharap bisa silaturahim lagi walaupun cuma via chat. Saya takut saya lupa bahwa ada mereka yg juga jadi warna di hidup saya.. Saya takut saya tidak tahu apa yg terjadi pada mereka, entah baik atau buruk..
Saya rindu sahabat-sahabat saya.. 

Thursday, February 23, 2017

Sepatu Roda Arsyil


Tadi di sekolah, Hanif dan Alfan janjian untuk main sepatu roda di lapangan kompleks sore nanti. Mereka mengajak Arsyil juga. Tapi Arsyil menolaknya karena ia tak punya sepatu roda.
"Bunda, Arsyil mau beli sepatu roda kaya punya Alfan dan Hanif, dong!", serunya ketika tiba di rumah.
"Eh, masuk rumah kok bukannya salam malah ngomongin sepatu roda?", ujar Bunda lembut. Arsyil sampai terlupa mengucap salam saat masuk rumah tadi. Ia terburu-buru ingin minta dibelikan sepatu roda oleh Bunda.
"Oiya. Maaf, Bun. Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.. Arsyil mau apa?", tanya Bunda.
"Sepatu roda, Bun!", serunya semangat.
"Hmm.. Arsyil punya uangnya?", tanya Bunda lagi. Arsyil menggeleng. Tentu saja tidak punya. Kata Hanif, sepatu roda miliknya dibeli seharga dua ratus ribu rupiah. Ayahnya yang membelikan. Arsyil mana punya uang sebanyak itu? Tabungannya kemarin sudah ia pakai untuk membeli beberapa buku ensiklopedia di toko buku. Dalam hati, Arsyil menyesal. Kenapa tak ia belikan sepatu roda saja?
Tapi buku ensiklopedi itu pun bagus dan sangat bermanfaat.
"Jadi, Bunda ga bisa beliin?", tanyanya merajuk. Berharap Bunda berbaik hati untuk membelikan.
"Gimana kalau Bunda kasih tambahan seratus ribu untuk beli sepatu roda? Kekurangannya Arsyil harus menabung. Oke, gak?", usul Bunda. 
"Hmm.. Oke, deh! Terima kasih, Bunda. Arsyil sayaaaang Bunda!", seru Arsyil sambil memeluk Bunda. 
Arsyil memang selalu diajarkan untuk menabung kalau ada barang yang ia inginkan. Selain itu, dengan menabung kita bisa belajar untuk berhemat dan menghargai uang.

***

"Arsyil, kamu ga jajan ke kantin?", tanya Hanif.
"Gak, Nif. Aku bawa bekal," jawabnya.
"Tapi biasanya kamu tetap jajan ke kantin?", Hanif masih penasaran.
"Iya. Tapi sekarang aku lagi berhemat. Aku mau beli sepatu roda kaya punyamu," terang Arsyil. 
"Eh, kalau itu sih minta orang tuamu aja, Ar!", seru Hanif.
Arsyil tersenyum,"Kata Bunda, akan lwbih puas rasanya kalau barang yang kita beli itu hasil menabung."
Hanif cuma mengangguk-ngangguk lalu meninggalkan Arsyil ke kantin.
Hari-hari berikutnya, Arsyil selalu membawa bekal. Ia benar-benar semangat untuk menabung supaya cepat membeli sepatu roda.

***

Sebulan kemudian..

"Bun, dandannya cepetan, dong..", gerutu Arsyil.
Semalam, Arsyil sudah menghitung jumlah uang tabungannya. Jumlahnya sudah cukup untuk membeli sepasang sepatu roda milik Hanif dan Alfan.
Makanya Bunda janji akan mengantar Arsyil ke toko peralatan olahraga untuk membeli sepatu roda. Tak sabar rasanya hati Arsyil. Ia ingin lekas main bersama Hanif, Alfan, dan teman-teman lain yang sudah punya sepatu roda. Mereka sudah janji untuk main bersama sore ini setelah Arsyil membeli sepatu roda.

***

Toko peralatan olahraga letaknya ada di ruko kompleks, tak jauh dari rumah Arsyil. Ia dan Bunda berjalan kaki ke sana.
Di perjalanan, Arsyil berpapasan dengan Heru, anak Bi Iroh, asisten rumah tangga di rumah Arsyil. Heru seusia Arsyil. Sore itu ia pulang sekolah berjalan kaki tanpa sepatu. Arsyil langsung memanggilnya.
"Heru! Kamu mau pulang?"
"Eh, iya Ar. Kamu mau ke mana?", Heru balik bertanya.
"Aku mau ke ruko sama Bunda. Kamu kenapa ga pakai sepatu, Her?", tanya Arsyil penasaran.
"Oh, itu.. Ng.. Ini sepatuku jebol tadi di jalan. He..."
Heru menunjukkan sepasang sepatu di tangan kirinya sambil tertawa kecil. Sepatunya menganga lebar sekali. Di mana-mana ada jahitan sol dan tambalan.

***

Di toko perlengkapan olahraga, berjejer sepatu roda yang keren-keren. Sepatu roda memang sedang musim. Hampir semua anak seusia Arsyil punya sepatu roda seperti itu. 
"Arsyil, mau sepatu roda yang mana?", tanya Bunda. Arsyil yang dari tadi bengong, langsung terkejut.
"Kok Arsyil diem aja, sih? Gak ada yang Arsyil suka, ya?", tanya Bunda lagi.
Arsyil terdiam. Sejak tadi bertemu Heru, ia jadi terus kepikiran. Kasihan Heru. Sepatu untuk sekolah saja dia tak punya.
"Bun, boleh ga kalau uangnya kita beliin sepatu sekolah yang baru aja buat Heru?", ujar Arsyil tiba-tiba. Bunda sedikit terkejut, tapi kemudian membelai kepala Arsyil lembut.
"Tapi kalau uangnya dibelikan sepatu buat Heru, Arsyil gak bisa beli sepaty roda. Gimana?"
"Gak apa-apa, Bun. Kasihan Heru."
Akhirnya, Bunda minta maaf kepada pemilik toko perlengkapan olahraga karena tidak jadi membeli.
Mereka berdua kemudian pergi ke toko sepatu. Arsyil memilihkan sendiri sepatu sekolah untuk Heru. Ukuran sepatunya sama dengan milik Arsyil.
Selesai membayar di kasir, Arsyil dan Bunda bergegas pergi ke rumah Heru. Rumahnya di kampung sebelah komplek.

***

"Assalamualaikum..", ucap Bunda dan Arsyil setibanya di rumah Heru.
"Waalaikumsalam..", Bi Iroh yang membukakakan pintu.
"Eh, Bu. Ada apa, ya? Ayo masuk, Bu!", Bi Iroh terkejut melihat kedatangan Bunda dan Arsyil.
"Ini, Arsyil bawa sesuatu buat Heru, Bi..", Bunda membuka pembicaraan.
"Oh.. Sebentar bibi panggil Heru, ya!", ujar Bi Iroh seraya memanggil Heru. Tak lama, Heru muncul. 
"Eh, Arsyil! Kok tumben ke sini?", tanyanya bingung. Arsyil langsung menyodorkan plastik berisi sepatu yang tadi dibelinya.
"Ini buatku?", tanya Heru semakin bingung. Arsyil cuma mengangguk sambil tertawa kecil.
"Ayo dibuka, dong!", serunya. Heru pun segera mengeluarkan kardus dari dalam plastik itu.
"Sepatuuu??", Heru berseru, "Ini buatku??"
"Iya.. Sepatu sekolah kamu kan sudah jebol," jawab Arsyil. 
"Terima kasih, Arsyil.. Aku suka sepatunya! Terima kasih, ya..", ucap Heru terharu.
Sore itu, Arsyil tidak jadi membeli sepatu roda. Tapi hatinya senang karena sudah bisa membelikan Heru sepatu sekolah yang baru. 

***

Hari ini Papa pulang dari luar kota. Arsyil sudah menunggu Papa di teras rumah sedari pagi. Ini hari Sabtu, kebetulan Arsyil libur sekolah.
"Papa!", seru Arsyil girang melihat Papa turun dari taksi.
Papa membawa tas ransel dan sebuah kantong besar berwarna merah.
"Ini hadiah buat Arsyil. Semoga Arsyil suka, ya..", Papa menyerahkan kantong merah itu kepada Arsyil. Berat sekali.
"Waaah! Ini apaan, Pa?", tanya Arsyil girang. Di dalam kantong ada sebuah kotak dibungkus kado.
"Ayo dibuka," kata Papa.
Tak sabar Arsyil membukanya.
"Sepatu rodaaaaaa!", Arsyil begitu terkejut dan senang melihat isi di dalam kotak kado itu. Sepasang sepatu roda, lengkap dengan helm pelindung kepala, pelindung siku juga lutut.
"Ini hadiah buat anak Papa yang baik hati, mau berbagi dengan yang membutuhkan," kata Papa. Ternyata Bunda menceritakan apa yang sudah dulakukan Arsyil untuk Heru tempo hari.
"Terima kasih, Pa! Arsyil sukaaa banget sepatu rodanya!"
Benar kata Bunda, kalau kita mau berbagi dengan sesama, Allah akan beri kita pahala dan rezeki kita akan semakin bertambah. Ah, rasanya tak sabar ia menanti sore hari. Bermain sepatu roda bersama teman-teman lain pasti menyenangkan!

Selesai 😊

Wednesday, February 22, 2017

Sepeda Arsyil Berhantu?

Malam ini, hujan turun sangat lebat. Arsyil cuma berdua Bunda di rumah karena Papa sedang tugas ke luar kota. 
"Bun, Arsyil tidur sama Bunda, boleh? Malam iniii saja, deh! Please, ya? Ya?", Arsyil merajuk. Bunda membelai kepala Arsyil sambil tertawa kecil.
"Memangnya kenapa? Arsyil takut, ya?", tanya Bunda.
"Bukan, Bun.. Tapi kalau tidur berdua Bunda, kan pasti lebih hangat...", kilahnya.
Sebenarnya Arsyil memang merasa sedikit takut. Di luar hujan sangat deras, petirnya pun kencang. Ditambah lagi, ini MALAM JUMAT! 
Baru saja tadi siang di sekolah teman-teman sekelas Arsyil bercerita tentang hantu. Kata Hanif, hantu suka gentayangan di malam Jumat. Hiiii!

***

Pukul 01:00 dini hari..

Arsyil terkejut. Bel sepedanya tiba-tiba berbunyi. Suaranya terdengar amat nyaring karena ini tengah malam. 
"Hah! Kenapa bel sepedaku bunyi sendiri??", buru-buru ia bangunkan Bunda.
"Kenapa, Sayang?", tanya Bunda yang masih mengantuk.
"Bel sepeda Arsyil bunyi, Bun..", jawabnya seraya berbisik. Oh, ia sungguh teramat takut!
"Ini pasti ulah hantu, Bun! Ini kan malam Jumat!", tambahnya.
Bunda cuma tersenyum. Sambil memakai kerudung, Bunda bergegas pergi ke teras rumah. Arsyil mengikuti di belakang sambil memegang erat tangan Bunda. Detak jantungnya rasanya terdengar sampai ke telinga.
Di teras, suara bel terdengar makin nyaring. Bunda menekan-nekan tombolnya, tapi bel tetap berbunyi.
"Gimana nih, Bun?? Belnya kemasukan hantu, ya?", Arsyil panik sambil menutup telinganya. Bunda masih sibuk berusaha mematikan bel sepeda.
"Hmm.. Kita bawa masuk dulu sepedanya. Kasihan tetangga pasti terganggu," ujar Bunda sambil membawa sepeda Arsyil masuk.
Sepeda Arsyil beroda 2. Papa yang belikan minggu lalu sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-6. Arsyil suka sekali sepeda itu. Warnanya biru dan hitam. Keren sekali. Apalagi ditambah bel sepeda yang bunyinya juga lantang. Bukan 'kring kring' seperti bel biasanya. Tapi sekarang bel itu berhantu. Bunyi terus tidak berhenti.
Bunda masih mengutak atik bel sepeda di ruang tamu. Arsyil menunggu di sofa.
"Bunda ga takut hantu?", tanyanya.
"Ah, kamu ini daritadi hantu terus yang dibahas," jawab Bunda sambil tertawa kecil. Lama kelamaan, Arsyil pun tertidur di sofa karena lelah menunggu Bunda yang berusaha mengusir hantu sepeda.

***

Pukul 05:00 pagi hari..

Alarm di samping tempat tidur Arsyil berbunyi membangunkan ia dari tidur.
"Lho, kok aku di kamar?", ujarnya bingung, "Ah, hantu sepeda!"
Ia langsung teringat sepedanya yang semalam masih terus berbunyi bising. Bunda dimana, ya?
"Bundaa.. Buun..", Arsyil mencari Bunda. Di kamarnya sudah kosong. Bunda pasti ada di dapur. Arsyil benar-benar penasaran, bagaimana keadaan sepedanya sekarang. Tapi untuk melihatnya sendiri, ia terlalu takut. Takut kalau-kalau hantu itu masih ada di sepeda.
Benar saja, di dapur Bunda sedang menyiapkan sarapan dan bekal untuk Arsyil.
"Bun, hantu sepedanya gimana?", tanyanya penasaran.
"Eh, Arsyil sudah shalat?", tanya Bunda. Arsyil menggeleng. Ia lupa belum shalat Shubuh tadi karena buru-buru ingin lihat sepeda.
"Ya sudah, Arsyil shalat dulu. Nanti baru kita lihat hantu sepedanya. Oke?"
Arsyil terkejut. Jadi hantu itu benar ada? Bunda sudah menangkapnya? Oh, ya ampun...
"Hantunya tertangkap, Bun?", tanyanya.
Bunda cuma tersenyum,"Sudah cepat shalat dulu sana."
Arsyil bergegas kembali ke kamar untuk menunaikan shalat Shubuh. Tak sabar, penasaran sekaligus takut ia rasakan sekarang.
Usai shalat, Arsyil cepat-cepat menghampiri Bunda lagi di dapur.
"Ayo, Bun!"
Mereka berdua pun bergegas ke teras rumah. Sepedanya sudah Bunda letakkan lagi di teras. Karena hantunya sudah ditangkap.
Di teras, sepeda Arsyil terparkir gagah dan tidak berisik lagi. Tapi..
"Bun, ke mana bel sepedanya??", tanyanya kaget. Bel sepedanya yang keren itu sudah tidak ada lagi di sepeda.
"Dibawa hantu ya, Bun?", tanyanya lagi. Kali ini wajahnya sedih. Ah, itu bel yang bagus..
Bunda malah tertawa mendengar pertanyaan Arsyil.
"Kamu ini, apa-apa hantu.. Ini bel berhantunya!", kata Bunda sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"Bel sepeda!", teriak Arsyil girang. Tapi ia ragu-ragu untuk mengambil bel itu dari tangan Bunda. Bagaimana jika hantunya malah berpindah ke tubuhnya? Hii...
"Ini yang bikin bel sepeda bunyi terus semalam," Bunda mengetuk-ngetuk bel sepeda di tangan kanannya ke tangan kiri. Air menetes dari dalamnya.
"Air?", tanya Arsyil bingung.
"Iya, air. Karena Arsyil parkir sepedanya di teras dan kena hujan, belnya kemasukan air hujan. Nah, air ini yang membuat bel jadi korslet dan akhirnya bunyi terus. Makanya bunda lepas dari sepeda. Kabelnya Bunda potong. Maaf, ya.. Nanti sore kita bawa ke bengkel sepeda di ruko, ya?", jelas Bunda.
Ah, ya ampun! Jadi air hujan yang masuk ke dalam bel itu penyebabnya. Padahal Arsyil sudah berpikir macam-macam tentang hantu sepeda. Sekarang ia geli sendiri dalam hati membayangkan bagaimana ia begitu ketakutan semalam. Hihi..
"Terima kasih ya, Bunda..", ucapnya pada Bunda.
Sekarang, Arsyil mau mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Rasa takut sudah hilang dari hati dan pikirannya karena hantu itu tidak ada. Arsyil berjanji dalam hati, mulai sekarang ia akan jadi pemberani. Tidak takut apapun kecuali pada Allah. Seperti yang selalu Bunda ajarkan..

Selesai 😊
 

Template by Suck my Lolly