Monday, December 9, 2013

Jatuh Cinta Sama Bantalan Jarum

Beberapa hari belakangan, saya keranjingan crafting lagi. Ya ya ya, saya memang selalu cinta dunia kerajinan tangan. Hihi. Kali ini, saya jatuh cinta sama pin cushion a.k.a bantalan jarum. Awalnya karena iseng lihat di Instagram. Akhirnya kepikiran, kebawa mimpi, dapet wangsit, trus bikin deh! *lebay* :D
Berikut ini beberapa foto bantal jarum hasil kreasi saya. Belum seberapa dibanding mereka yang sudah ahli. Hihi.

Rombongan bantal jarum. Diameter 6cm.

Tampak samping flowery pin cushion 6 cm. :D

The 'Bongsor' Pin Cushion. Diameternya 7.5 cm. Empuk bingiiit!  :D

Sisa kain + bekas tutup botol air kemasan + aksesoris = Mini Cupcake Pin Cushion!
Oya, gerombolan pin cushion ini sudah mejeng di akun jualan saya di Instagram. Yang mau mampir, mari melipir ke @charmpernik ! *promosi* :D

Makasih sudah mampiiir! :*

Sunday, July 14, 2013

Kangen!

Hari ini adik lelaki saya satu-satunya pergi mengunjungi nenek kami di Bandung. Sekalian jalan-jalan, actually. Dia pergi sendiri. Waktu dia pergi tadi pagi, saya tidak melihatnya karena lelap tertidur setelah sahur dan shalat Shubuh. Dan saya tiba-tiba saja merasa kangen! Haha.
Sebenarnya saya dan Dinda, adik lelaki saya itu, terbiasa berpisah beberapa hari. Entah karena saya kost, dia menginap di rumah teman, pergi study tour ke luar kota atau banyak penyebab lainnya. Selalu kangen, tapi memang tak pernah mengungkapkan. Gengsi!

Sepertinya hari ini saya kualat sama mama. Beberapa minggu lalu adik saya pergi ke Solo untuk mengikuti ujian masuk di salah satu universitas negeri di sana. Dia menginap beberapa hari. Itu untuk pertama kalinya dia pergi jauh sendirian. Mama kangen sampai-sampai memasang foto berdua dengan Dinda sebagai dispay picture whatsapp. Saya lalu meledek mama saat Dinda pulang, "Ada yang kangen sama lo sampe pasang DP Whatsapp foto bareng lo gitu..."
Dan sekarang saya melakukan hal yang lebih konyol dibanding sekedar pasang dp whatsapp: nge-twit Dinda supaya dia pulang lusa, kemudian sekarang posting di blog! Demi bilang saya kangen adik lelaki saya itu. :D

gaya alay :P
Kalau ada yang mengira saya sangat dekat dengan Dinda, benar. Meski usia kami terpaut cukup jauh (5 tahun), saya dan Dinda terbiasa saling curhat. Cerita banyak hal tentang sekolah, teman-teman, pekerjaan, gebetan, mentertawakan sesuatu yang kami anggap lucu, dan banyak lagi. Tapi bukan berarti kami tak pernah berkelahi. Tak terhitung berapa kali mama harus melerai saat kami ribut di rumah. Merepotkan sekali. Dinda dan saya sama-sama Sagitarius, watak kami tak jauh beda. Jadi saat berselisih, kami heboh. Mungkin kalau saya ini lelaki, kami bisa pukul-pukulan. *setelah itu diusir mama :)))

Namun, meski berselisih sampai ribut dan membuat mama pusing, kami akan kembali akur dalam waktu singkat. Tak pernah rasanya kami marah satu sama lain selama lebih dari satu hari. Misal, sore hari kami ribut, malam hari kami nonton bareng di ruang tamu sambil tertawa lepas berdua. Muhehehe.
Saya pikir, berkelahi sesama saudara kandung pasti banyak terjadi. Tapi naluri kakak-adik, kami pasti rukun kembali. Kasihan juga lihat mama yang stress kalau kami sudah berkelahi. Mama pernah bilang, "Teteh-Dinda itu saudara, kalau ga akur, gimana Mama bisa tenang seandainya mama meninggal?"
Kalau ingat kalimat itu, merinding rasanya. Gak mau bayangin. Janji, sampai kapan pun kami akan rukun meski kadang berselisih. Kami tidak akan membiarkan satu sama lain jauh hatinya.

So, dengan sedikit membuang rasa gengsi, dengan ini saya mengakui bahwa saya kangen Dinda Dwi Putra! :D

Wednesday, July 10, 2013

Do I Work With My Passion?

Kemarin saya baca twit dari sahabat saya, Dea:
"Work phases: got experiences; got money; got money experiences; in the end u'll feel bored, n it's not about money again, but passion.."
Ini lumayan jleb buat saya. Hahaha. Sepertinya saya ada di fase ketiga. Eh, bukan berarti secara finansial sudah sukses...
Waktu di tempat kerja pertama, setelah dua tahun lebih bekerja kemudian resign lalu pindah ke perusahaan tempat saya bekerja sekarang (dan dengan posisi sama), saya sudah mulai merasa jenuh dan berpikir apakah saya melakukan pekerjaan sesuai keinginan? Dengan passion? Kemudian sadar bahwa I have no passion to be a career woman. Bekerja kantoran nine to five, mengerjakan pekerjaan yang sama.. Ah, bukan itu yang saya mau.
Saya (masih) berangan-angan untuk belajar menjahit, membuat baju-baju sendiri, membuka butik online ataupun offline untuk mereka yang berbadan mungil, membuat berbagai kerajinan tangan dan pernak-pernik... Dan saya sadar semua tidak mungkin saya lakukan dengan fokus sementara saya masih bekerja kantoran.


Kalau ada yang berpikir saya ini kufur nikmat, semoga tidak. Karena saya bukan tidak mensyukuri rezeki yang telah Allah beri lewat pekerjaan ini. Tapi rasanya semua orang mau melakukan pekerjaan yang ia sukai. Do something I have passion with. Dan saya masih ada di tengah proses mendapat angan-angan itu. Semoga suatu hari, secepatnya, saya bisa ada di rumah, jadi ibu rumah tangga sambil berkarya! Aamiin! :)

Thursday, May 30, 2013

Saat Menoleh Terasa Menyenangkan

Sudah satu minggu ini leher saya terasa sakit seperti salah bantal. Awalnya saya pikir cukup dipijat sedikit bisa sembuh. Tapi sakitnya malah menjadi. Akhirnya minta tolong mama untuk mengerok bagian punggung dan leher. Masih belum manjur.
Banyak rencana di hari Minggu pun terpaksa dibatalkan. Saya pergi ke tukang urut dekat rumah bibi. Selesai diurut, masih sakit. Nothing instant lah yaaa! Pulang diurut, saya diantar adik menyempatkan mampir ke rumah bibi. Rencana mampir berubah jadi numpang makan, jajan, ngerujak, dan di-kop. Nah, baru kali itu saya ngerasain yang namanya di-kop. Semacam bekam tapi tanpa jarum. Serius sakit sampai teriak-teriak. Setelah di-kop saya tidur sebentar di rumah bibi. But I didn't feel better. :'(
Malam-malam berikutnya, sakit leher saya malah menjadi-jadi. Merambat ke pundak dan punggung sebelah kanan. Bahkan disentuh pun rasanya sakit. Beberapa kali terbangun saat tidur malam karena rasa sakit yang tiba-tiba datang. Senin pun saya memutuskan istirahat dulu di rumah, tidak masuk kerja. Berharap sakitnya membaik. Tapi masih sama saja. Belum bisa menoleh dengan sempurna. Saat shalat pun harus bergerak pelan. Menengok ke kiri harus dengan bantuan tangan.
Selasa saya mulai bekerja dan menginap di kost seperti biasa. Meski rasanya sakit, saya putuskan untuk tetap mencuci baju sendiri. Saya pikir, kalau saya biarkan terus otot leher dan pundak saya akan semakin kaku. Setelah mencuci, rasa sakit luar biasa menjalar di leher dan pundak. Sampai panas rasanya. Saya pun mengompres leher dan pundak dengan botol berisi air panas. Lumayan buat peregangan otot.
Sekarang saya sudah bisa pelan-pelan menoleh ke kiri. Menyenangkan rasanya. Hahaha. Alhamdulillah sakit leher yang 'tidak seberapa' ini memberi saya banyak pelajaran. Belajar bersyukur saat sehat, karena sedikit saja dibuat sakit, saya kewalahan. Sakit leher juga membuat saya bersilaturahmi dengan keluarga (bibi). Karena saya cukup jarang mengunjungi bibi apalagi sampai berlama-lama di rumahnya seperti kemarin. Bibi sampai senang saya mau makan dan tidur di sana. :)
Semoga saya bisa segera sembuh, bisa menoleh dengan sempurna dan tertawa lepas tanpa harus menahan sakit lagi, ya! Aamiin! :)

Friday, May 17, 2013

2 Years Since She Left Us


Hari ini, tepat dua tahun sahabat saya, Vivilia Nusanta, kembali ke Rahmatullah. Tak terasa. Kami memang tak pernah 'berpisah'. 
Sejak berkenalan dan bersahabat Vivi di awal kuliah tahun 2006, saya tau dia ajaib.
Perjalanan hidupnya, persahabatan kami, semua terasa unik.
Saya belajar banyak hal dari Vivi. Pelajaran hidup yang tak akan pernah didapat di bangku sekolah manapun di dunia.
Kami sepakat, friendship has no end. Meski kematian datang.

Wednesday, May 1, 2013

'Ngidam'

Kalau mau haid tuh, saya suka ngidam yang aneh-aneh. Dan kali ini, tiba-tiba pengen banget makanan-makanan ini:

1. Bakso Toge
Bakso Toge.
Baru sadar, nyari bakso yang ada sayur togenya di sekitar Kuningan, Jakarta tuh susyaaahhh! Banyaknya bakso malang. :(







2. Gulali Rambut Nenek
Gulali Rambut Nenek
Sederhana banget, kan? Cuma pengen rambut nenek aja susah dapetnya...












Rujak Ulek

3. Rujak Ulek
Nah, Alhamdulillah rujak ini kesampaian hari ini (01 May 2013).
Anyway gara-gara 'ngidam' makanan-makanan ini, OB kantor mikirnya saya hamil. =))

Wednesday, April 24, 2013

Yogya Trip : Backpack Cantik ala Koper (Part 2)

Lanjutan Yogya Trip...

31 Maret 2013
Ini dia hari paling seru! Sejak di Jakarta, kami sepakat untuk menyewa mobil dan supir selama 24 jam untuk mengantar kami keliling Yogya di hari ini. Tujuannya: Goa Pindul, Pantai-panta di wilayah Gunung Kidul, dan lainnya. Wohooo!
  • Goa Pindul
Tujuan pertama, ke Goa Pindul. Konon, nama Goa Pindul diambil dari kisah seorang bayi yang hendak dibuang oleh orang tuanya, namun sebelum diasingkan di dalam gua, orang tua si bayi memandikannya lalu tak sengaja pipi si bayi terbentur (kebendul, dalam bahasa Jawa). Jadilah namanya Goa Pindul (Pipi Kebendul). Hihi.
Be ready to get wet, Girls! :D
Wisata Goa Pindul sendiri ada dua pilihan, menyusuri goa saja atau sekaligus rafting di sungai dekat gua. Kami pilih menyusuri gua saja, tiket masuknya Rp. 30.000. Kita akan dibekali satu jaket pelampung, ban karet untuk duduk, dan sepasang sepatu plastik untuk yang tidak memakai sepatu/ sandal gunung.
Panjang Goa Pindul yang sekitar 300 meter kami susuri dengan duduk manis di atas ban karet yang ditarik oleh seorang pemandu. Keindahan di dalam goa membuat perjalanan jadi tak terasa.

  • Pantai Indrayanti & Baron
Pose cantik di Pantai Indrayanti ^^
Selesai berbasah-basah di Goa Pindul, kami berangkat menuju Pantai Indrayanti di wilayah Gunung Kidul. Sebenarnya ada banyak pilihan pantai nan cantik di sana. Tapi kalau disusuri satu per satu kami bisa kehabisan waktu. Hehe
Pantai Indrayanti cantik sekali. Pasirnya putih. Ombaknya lumayan besar. Tapi, panasnya aduhai! :D
Rencananya kami makan siang di pantai, tapi karena panas jadilah kami pindah ke Pantai Baron. Di sana, Pak Ateng sang driver punya kenalan pemilik rumah makan pinggir pantai. Asik! Kebetulan Pantai Baron juga tak sepanas Indrayanti. Jadilah kami makan siang cantik di pinggir pantai. Menunya, seafood dong! :9
  • Candi Prambanan
Karena masih penasaran dengan Candi Prambanan, di sisa waktu jelang sore pun kami berangkat ke sana diantar Pak Ateng. Alhamdulillah loketnya belum tutup. Harga tiket untuk masuk Candi Prambanan sebesar Rp. 30.000 per orang. 
Sudah mirip arsitek belum? :P
Beberapa situs candi sedang direnovasi, jadi untuk masuk ke dalam candi kami harus mengenakan safety helmet. Cumaaaa... Karena dipakai bergantian oleh ribuan pengunjung, helmet-nya agak berbau kurang kece. :D
  • Unit Gawat Dagadu
Kenapa kami menolak naik becak yang menawarkan keliling pabrik bakpia, keraton dan pusat kaos Dagadu? Karena, usut punya usut (ciye), pusat kaos Dagadu di dekat Keraton itu bukanlah Dagadu asli. Dagadu yang asli adanya di Pakuningratan dan Malioboro Mall. Harganya beda sedikit dengan yang di dekat Keraton. Pilih mana? :)
Unit Gawat Dagadu, salah satu store yang menjual Dagadu asli di  Jl. Pakuningratan
  • Angkringan Pendopo Dalem
Suasana di dalam Angkringan Pendopo Dalem
Sumber : Google
Awalnya sih, mau ke angkringan Kopi Joss yang katanya ramai itu. Tapi, berkat rekomendasi Pak Ateng, sampailah kami di sini. Berlokasi di sebelah pasar Ngasem, rumah makan ini mengusung konsep angkringan di dalamnya. Angkringan yang bersih, jauh dari debu jalanan. Ada banyak menu ala angkringan di sini. Jajanan pasarnya pun cukup lengkap dan enak tentunya. Harganya pun ramah lingkungan kok. :D




  • Alun-Alun Kidul
Pernah nonton ftv terus ada adegan si tokoh jalan melewati dua pohon besar supaya permohonannya terkabul? Nah, lokasi dua pohon besar itu ada di alun-alun kidul. :D
Setelah Umam menyusul kami di Pendopo Dalem, kami pun bersama-sama menuju alun-alun. Ternyata suasana alun-alun kidul sangat meriah di malam hari. Banyak sepeda dan becak berlampu warna-warni! Kata Umam, kalau mau sewa sepeda itu harganya sekitar Rp. 25.000 untuk beberapa kali putaran.
Di dekat alun-alun, ada bangunan seperti benteng. Kami pun ke sana untuk melihat-lihat dan foto tentunya! Haha.

Benteng

01 April 2013

This was our last day in Yogya. Belum apa-apa udah berasa aja kangennya sama kota pelajar. Pagi-pagi di hari terakhir kami mampir ke Pasar Beringharjo dan Malioboro untuk membeli sedikit oleh-oleh. Rencananya saya ingin membelikan mama daster batik. Mama cinta daster batik. Haha. Alhamdulillah, dapet daster batik cantik untuk mama di Mirota Batik, Malioboro. Duh, Mirota ini lengkap deh. Mulai dari daster batik, baju sehari-hari sampai baju kantoran, ada. Di lantai 2, berbagai souvenir pun tersedia. Surganya batik. Hehehe. Lebay.
Pulang dari Malioboro, kami pun membenahi barang-barang karena harus check out jam 12:00. Sebenarnya kami baru dapat tiket pulang sekitar pukul lima sore. Akhirnya kami mampir dulu di kost Umam. Jam 4 sore, barulah kami naik taksi ke Stasiun Lempuyangan.
Ah, perjalanan harus berakhir... See you, Edu Hostels, Mas Resepsionis Ganteng, Umam, Nike dan temannya, Pak Ateng... See you, Yogyakarta! *puter lagu Yogyakarta - KLA Project*

Wednesday, April 17, 2013

Yogya Trip : Backpack Cantik ala Koper Part 1

Late post sebenernya. Karena sibuk (halah), jadi baru sempat posting cerita ini sekarang. Kemarin sahabat saya, Andani, sudah posting duluan di blog-nya (lihat cerita versi Andani di sini).
Alkisah, beberapa bulan lalu saya, Whini dan Andani merencanakan untuk rehat sejenak dari runitas pekerjaan kami di Jakarta. Dan Yogyakarta adalah destinasi tepat menurut kami. Saya sendiri sangat bersemangat untuk pergi ke sana, mengingat terakhir saya ke sana sewaktu study tour kelas 3 SMA. Ckckck...
Kami memutuskan untuk backpack saja biar seru (dan hemat). Haha. Inilah agenda backpack kami:

29 Maret 2013
Dengan kereta ekonomi Gaya Baru tujuan Surabaya, kami memulai perjalanan. Aaaahhhh! I was soooo excited!! Meski ekonomi, ternyata tetap ada AC-nya. Lumayan banget, walaupun cuma angin lambai-lambai. Hahaha.
Harga tiket untuk satu kali perjalanan Rp. 33.500. PP jadi Rp. 67.000. Murah, kan? Tapi sayang, itu adalah tiket murah terakhir. Karena sekarang, kereta ekonomi Gaya Baru bertarif Rp. 135.000 untuk satu kali perjalanan. :(
Setelah kurang lebih 9 jam perjalanan, tibalah kami bertiga di Stasiun Lempuyangan. Alhamdulillah... :)
Ada banyak becak dan taksi di stasiun yang bisa mengantar kita menuju tempat tujuan. Kami memilih taksi dengan tarif Rp. 35.000 (tanpa argo). Nah, ternyata lokasinya tidak terlalu jauh. Pelajaran, naik taksi di Yogya better pakai argo. :)

Di mana kami akan menginap? Tenang, selain booking tiket di awal Februari, kami juga sudah memesan kamar di Edu Hostel. Hostel ini rekomendasi dari Helga, salah seorang teman kantor kami. Tapi, karena kami baru bisa check in pukul 12:00 keesokan harinya, maka kami memutuskan untuk membayar sebesar Rp. 50.000 /orang untuk charge biaya menginap di lobi hotel.
Setelah menitipkan tas di resepsionis, kami pun mencari makan malam. Angkringan Oseng-Oseng Mercon Mas Toni menjadi pilihan malam itu. Rasa masakannya kurang memuaskan. Tapi karena lapar, lanjut saja! Hehe.
6 beds in dormitory room.
Sumber: www.eduhostels.com
Kembali ke hostel, kami pun tertidur di mushala. Baru satu jam tidur, mas resepsionis membangunkan kami. Ternyata ada tamu yang membatalkan pemesanan kamar. Kami bisa early check in  dengan menambah Rp. 20.000 /orang. Alhamdulillah, kasuuuur! :D
FYI, Edu Hostel ini punya dua pilihan kamar : private room (Rp. 400.000 /night) dan dormitory room (Rp. 70.000 /orang /bed). Kami ada di dormitory room. Sistem dormitory room ini share kamar. Ada 6 beds in a room. Jadi kalau rombongan kita ga sampai 6 orang, sisa kasur akan ditempati tamu lain. Kami kebetulan sekamar dengan tamu dari Indonesia,  Singapore dan Belanda. Good to have new friends. :)
Semua kamar dilengkapi AC dan kamar mandi shower. Shampo dan sabun juga lengkap. Untuk private room, fasilitas tambahannya berupa TV. Dan tidak perlu share kamar tentunya. Oya, semua tamu dapat free breakfast voucher every morning! ^^

30 Maret 2013
Hari ini kami mulai dengan wisata sejarah. Ciye, sok edukatif sekali ya? Kenapa saya sebut wisata sejarah? Karena tujuan wisata kami hari itu adalah : Keraton Ngayogyakarta, Istana Air Taman Sari dan Prambanan. Berhubung sore harinya hujan, maka Prambanan kami tunda.


  • Keraton Ngayogyakarta
Menuju Keraton dari hostel kami di daerah Ngampilan, perlu waktu sekitar 20-30 menit berjalan kaki. Untuk masuk Keraton, tiket masuknya sebesar Rp. 5.000. Kalau mau foto-foto, dikenakan biaya tambahan Rp. 1.000.
Salah satu tempat di dalam Keraton Ngayogyakarta yang digunakan sebagai balai pertemuan antara Raja dengan rakyatnya.
Sumber : Pribadi

Setelah puas keliling keraton dan saya tidak berhasil bertemu pangeran impian, perjalanan kami lanjutkan ke Istana Air Taman Sari. As always, banyak becak yang siap mengantar. Eh tapi, hati-hati ya! Semua becak akan menawarkan harga Rp. 5.000 untuk rute Keraton, Dagadu, Pabrik Bakpia. Nah kalau rutenya kita yang atur, mereka akan ubah harga atau minta tambahan di akhir perjalanan.


  • Istana Air Taman Sari



Artemy Italian Gelato Lezato Enaknyo :9
Serius, istana ini indaaaaah banget! Ada kolam-kolam dengan air jernih yang konon tempat mandi putra-putri raja. Oya, tiket masuknya Rp. 3.000 /orang. Murah meriah cantik! :D
Selesai dari istana air, kami jalan-jalan sebentar ke Malioboro, makan es krim Artemy Italian Gelato. :9
Harga 1 cup es krim gelato bervariasi, mulai dari Rp. 12.000. Enakkk!
Habis makan es krim, baru deh lunch. Terbalik, ya? :D
Makan di pinggiran Malioboro itu lumayan mahal ternyata. Nah, pulang ke hostel kami naik TransJogja. Beda banget rasanya sama naik TransJakarta. Ga perlu dorong-dorongan, desak-desakan.. Huhuhu.
Rencana ke Prambanan, as I said, batal karena begitu sampai hostel hujan turun. Sementara Prambanan tutup jam 16:00.

  • Rumah Pohon

Akhirnya sore hari kami memutuskan pergi ke Rumah Pohon, atas saran teman Andani, Nike, yang kebetulan sedang melanjutkan kuliah S2 di UGM. Rumah Pohon ini kayanya sih, jadi tempat favorit mahasiswa UGM. Asik tempatnya. Beneran kaya ada di atas pohon. Struktur rumahnya rangkaian bambu gitu. Oya, karena tak tahu kendaraan umum apa yang bisa sampai sana (tidak ada TransJogja), kami pun naik taksi. Cukup Rp. 15.000 saja dari Edu Hostel sampai Rumah Pohon di daerah Jetis. Yeay!
Rumah Pohon
Ba'da Maghrib, datanglah Nike dan seorang temannya. Juga Umam, temanku. Umam juga datang bersama temannya. Dari Rumah Pohon, kami berencana ke Tugu. Dengan mengendarai motor, kami menerobos hujan. Seru. :D
Kata Umam, angkringan dekat Tugu (depan kantor Kedaulatan Rakyat) adalah salah satu angkringan yang lumayan ramai dan termasuk area gaulnya anak muda Yogya. Ahahaha. Ga ke Yogya kalo ga ke angkringan, ya! :P
Pulang ke hostel kami diantar Umam dan temannya naik motor. Mereka baik sekali, rela hujan-hujanan demi menemani kami yang sedang berlibur. :)

Thursday, April 11, 2013

Balada Anak Kost


Jadi anak kost lagi setelah 2 tahun lebih pensiun dari dunia per-ngekost-an ternyata agak aneh rasanya. Kost kali ini bener-bener beda. Kalau dulu waktu masih kuliah uang kost masih dikasih mama, sekarang pakai uang hasil kerja sendiri. Dulu perlengkapan kost dibeliin mama, sekarang beli sendiri. Bahkan untuk benda-benda perintilan pun saya harus memperhitungkannya dulu. Priority is important!
Astaghfirullah... Dulu saya selalu anggap enteng beli ini itu. Mama provides everything I need. Padahal segitu pas kuliah saya ngerasa cukup riweuh saat harus mengatur pengeluaran bulanan apalagi saat jatah uang bulanan menipis dan bertahan ga minta mama. Eh, sekarang lebih terasa lagi! Semua harus serba mandiri. Hitung-hitung belajar jadi ibu rumah tangga juga kali, ya? Hihi.
Perbedaan lagi kost semasa kuliah sama sekarang itu, konsep rumah kost. Dulu awal saya kost, konsepnya rumahan dan khusus putri. Ada ruang tamu tempat kami semua kumpul buat rumpi-rumpi cantik, makan malam, nonton DVD bareng, luluran berjamaah, sampai kocok arisan. Feel so homy! Lalu saya pindah kost ke yang konsepnya mirip-mirip kontrakan. Satu kamar bersama sahabat saya, Riri. Kami berdua serasa main rumah-rumahan. Hahaha.
Nah, sekarang saya kost di tempat yang konsepnya campur, cewek-cowok. Wah! Kenapa saya mau? Cari kost itu kaya cari jodoh, Pemirsa. Hehe. Lebay. Intinya, cari kost murah dan nyaman di Jakarta ini susyaaah. Kost ini rekomendasi dari Mirza, tunangan sahabat saya Dea. Karena ga sempet untuk keliling cari kost, saya langsung setuju waktu Dea bilang ada kamar kosong di kost Mirza. Belum cek ricek sebelumnya, lho. Tapi Dea bilang kost-nya rapi, bersih dan nyaman. I do trust her lah pokoknya. Hahaha. Dan memang begitulah keadaannya. Alhamdulillah...
Cuma ya namanya kost campur dan saya berkerudung, maka keriweuhan pun berlanjut. Adegan ke kamar mandi, misalnya. Karena kamar mandi ada di luar, meski dekat dengan kamar, saya harus pakai outfit lengkap dengan kerudung. Hahaha.
Hari ini tepat satu minggu saya kost. Rasanya masih belum betah. Sebentar-sebentar kangen mama, adik-adik, ranjang pink saya di rumah, juga kangen kipas angin! Well, Allah memang ciptain jarak supaya kita tahu rasanya kangen... :)

Wednesday, April 10, 2013

Bingung :D

Kalau kebanyakan simpan cerita, jadi bingung mau mulai sama yang mana. Kelamaan ga nulis, jadi bingung mau share apa aja. :D
Ada banyak cerita. Mulai dari backpack ke Yogya, kamar kost baru, Sakola Alit, reuni bareng Edy-Yoha...
Ah, banyak.. Well, I'll try to write them down one by one! Bismillah! *ceritanya bertekad sungguh-sungguh*

Monday, March 11, 2013

It's Not A Good Bye!

Jumat, 8 Maret 2013
Hari terakhir ada di TelkomVision sebelum saya officially resign on March 13th.
Satu hari yang sibuk, dimulai dengan keluar rumah sekitar pukul 7 pagi untuk menghadiri akad nikah salah seorang sahabat di daerah Pasir Mukti, Citeureup. Kembali ke rumah sekitar pukul 1 siang bada Jumatan, saya hanya menyempatkan diri untuk cuci muka, ganti pakaian dan shalat Dzuhur lalu meluncur ke kantor. Hari sudah mendung. Ada rasa malas untuk pergi ke kantor karena lelah amat sangat di perjalanan pulang pergi Cileungsi – Pasir Mukti. Tapi mengingat ini adalah hari terakhir saya di kantor, maka saya lanjutkan perjalanan.
Satu tas plastik penuh berisi kue buatan mama saya bawa serta sebagai tanda perpisahan. Ah, perpisahan. Saya selalu merasa jengah mendengar kata yang satu itu. Terlebih kali ini.
Memutuskan untuk resign dari TelkomVision setelah kurang lebih 2 tahun mengabdi sejak 14 Desember 2010, saya merasa seperti sedang patah hati. Beberapa kali menangis setiap ingat ini adalah kantor pertama saya bekerja secara professional setelah lulus dari Sastra Inggris Universitas Psayaan lebih dari 2 tahun silam.
Mulai dari tim yang hanya terdiri dari 3 orang lalu sempat sendiri, kehadiran Itta dan Mbak Ani kemudian bergabung dengan tim Groovia, Dea, Dani, Yoha di STO Gambir sejak Februari 2012 hingga genaplah menjadi 6 orang, semua saya lalui.
Tim EPG Scheduler ini bagi saya bukan sekedar teamwork. Mereka seperti tim hore dalam 1,5 tahun terakhir. Galau, menangis, marah, sukacita, semua kami lewati setiap harinya. Kalau ada hal yang saya syukuri selama bekerja di TelkomVision selain pengalaman bekerja, merekalah hal itu.
Sampai akhirnya 1 bulan lalu Yoha memutuskan resign secara mendadak untuk bekerja sebagai accounting di salah satu perusahaan di Bogor, kenyamanan kami mulai terusik. Bagi saya pribadi, kemunduran Yoha dari tim seperti sulit diungkapkan dengan kata-kata. Yoha adalah sahabat saya sejak masuk kuliah. Breakfast felt different since she left us.
Disusul resignation letter dari Dea. Ah, rasanya kacau hati. Satu sisi kami senang karena mereka berani meninggalkan apa yang membuat mereka tak nyaman. Tapi di sisi lain, kami yang tersisa dalam tim merasa kehilangan amat sangat. Sejak Dea pergi, kami tak pernah lagi turun ke kantin pagi hari untuk sekedar sarapan bubur atau lontong sayur sambil bersenda gurau, berbincang tentang hal-hal remeh penuh kesukaan.
Sebenarnya sebelum Dea, sayalah yang memutuskan untuk resign. Hanya saja saya menunda laporan resign karena sepertinya keadaan sedang kurang memungkinkan.
(ki-ka): Mbak Ani, Dani, Dea, Me, Yoha, Itta, Mbak Mira
Hari-hari jelang resign kemarin terasa aneh. Memandangi tim yang tersisa, Dani, Itta dan Mba Ani menjadi hal yang bisa membuat air mata saya meleleh. Saya terlalu drama queen.
Terlebih sejak kurang lebih 4 bulan terakhir saya diperbantukan di Media Library team bersama Om Jon, spv berdarah Batak namun lembut hati. Ah, semakin sedih rasanya meninggalkan mereka.
Selain diperbantukan sebagai Media Library, saya sebelumnya telah bertindak sebagai ‘admin bayangan’ untuk tim Broadcast di Gambir. Memenuhi kebutuhan operasional tim setiap bulannya, melaporkan penggunaan petty cash, mondar-mandir Head Office di Tebet sampai belanja ke pasar ditemani Mas Puthut, Asman yang selalu berbaik hati mengantar.
Di hari terakhir bersama mereka, Om Jon tiba-tiba memberi saya bingkisan berisi jersey t-shirt warna pink tim kesayangannya, Juventus. Disusul Mbak Mira, salah satu Traffic Staff yang memberikan sajadah barunya. Ah, terharu rasanya.
Pamitan dengan mereka sebelum mereka pulang jadi momen penuh air mata. Saya ini mudah terharu sekali!
Ternyata begitu banyak yang menyayangi saya di sana. Semoga satu hari nanti kami bisa bertemu lagi. Because it’s not a ‘Good Bye.’ It’s a ‘Good Luck for Us!’J

Tuesday, January 15, 2013

Untuk Papa

Untuk Papa ter-... sedunia.

Anak perempuan adalah pembuka pintu surga bagi ayahnya.

Your one and only daughter,
Teteh.
 

Template by Suck my Lolly