Thursday, February 23, 2017

Sepatu Roda Arsyil


Tadi di sekolah, Hanif dan Alfan janjian untuk main sepatu roda di lapangan kompleks sore nanti. Mereka mengajak Arsyil juga. Tapi Arsyil menolaknya karena ia tak punya sepatu roda.
"Bunda, Arsyil mau beli sepatu roda kaya punya Alfan dan Hanif, dong!", serunya ketika tiba di rumah.
"Eh, masuk rumah kok bukannya salam malah ngomongin sepatu roda?", ujar Bunda lembut. Arsyil sampai terlupa mengucap salam saat masuk rumah tadi. Ia terburu-buru ingin minta dibelikan sepatu roda oleh Bunda.
"Oiya. Maaf, Bun. Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.. Arsyil mau apa?", tanya Bunda.
"Sepatu roda, Bun!", serunya semangat.
"Hmm.. Arsyil punya uangnya?", tanya Bunda lagi. Arsyil menggeleng. Tentu saja tidak punya. Kata Hanif, sepatu roda miliknya dibeli seharga dua ratus ribu rupiah. Ayahnya yang membelikan. Arsyil mana punya uang sebanyak itu? Tabungannya kemarin sudah ia pakai untuk membeli beberapa buku ensiklopedia di toko buku. Dalam hati, Arsyil menyesal. Kenapa tak ia belikan sepatu roda saja?
Tapi buku ensiklopedi itu pun bagus dan sangat bermanfaat.
"Jadi, Bunda ga bisa beliin?", tanyanya merajuk. Berharap Bunda berbaik hati untuk membelikan.
"Gimana kalau Bunda kasih tambahan seratus ribu untuk beli sepatu roda? Kekurangannya Arsyil harus menabung. Oke, gak?", usul Bunda. 
"Hmm.. Oke, deh! Terima kasih, Bunda. Arsyil sayaaaang Bunda!", seru Arsyil sambil memeluk Bunda. 
Arsyil memang selalu diajarkan untuk menabung kalau ada barang yang ia inginkan. Selain itu, dengan menabung kita bisa belajar untuk berhemat dan menghargai uang.

***

"Arsyil, kamu ga jajan ke kantin?", tanya Hanif.
"Gak, Nif. Aku bawa bekal," jawabnya.
"Tapi biasanya kamu tetap jajan ke kantin?", Hanif masih penasaran.
"Iya. Tapi sekarang aku lagi berhemat. Aku mau beli sepatu roda kaya punyamu," terang Arsyil. 
"Eh, kalau itu sih minta orang tuamu aja, Ar!", seru Hanif.
Arsyil tersenyum,"Kata Bunda, akan lwbih puas rasanya kalau barang yang kita beli itu hasil menabung."
Hanif cuma mengangguk-ngangguk lalu meninggalkan Arsyil ke kantin.
Hari-hari berikutnya, Arsyil selalu membawa bekal. Ia benar-benar semangat untuk menabung supaya cepat membeli sepatu roda.

***

Sebulan kemudian..

"Bun, dandannya cepetan, dong..", gerutu Arsyil.
Semalam, Arsyil sudah menghitung jumlah uang tabungannya. Jumlahnya sudah cukup untuk membeli sepasang sepatu roda milik Hanif dan Alfan.
Makanya Bunda janji akan mengantar Arsyil ke toko peralatan olahraga untuk membeli sepatu roda. Tak sabar rasanya hati Arsyil. Ia ingin lekas main bersama Hanif, Alfan, dan teman-teman lain yang sudah punya sepatu roda. Mereka sudah janji untuk main bersama sore ini setelah Arsyil membeli sepatu roda.

***

Toko peralatan olahraga letaknya ada di ruko kompleks, tak jauh dari rumah Arsyil. Ia dan Bunda berjalan kaki ke sana.
Di perjalanan, Arsyil berpapasan dengan Heru, anak Bi Iroh, asisten rumah tangga di rumah Arsyil. Heru seusia Arsyil. Sore itu ia pulang sekolah berjalan kaki tanpa sepatu. Arsyil langsung memanggilnya.
"Heru! Kamu mau pulang?"
"Eh, iya Ar. Kamu mau ke mana?", Heru balik bertanya.
"Aku mau ke ruko sama Bunda. Kamu kenapa ga pakai sepatu, Her?", tanya Arsyil penasaran.
"Oh, itu.. Ng.. Ini sepatuku jebol tadi di jalan. He..."
Heru menunjukkan sepasang sepatu di tangan kirinya sambil tertawa kecil. Sepatunya menganga lebar sekali. Di mana-mana ada jahitan sol dan tambalan.

***

Di toko perlengkapan olahraga, berjejer sepatu roda yang keren-keren. Sepatu roda memang sedang musim. Hampir semua anak seusia Arsyil punya sepatu roda seperti itu. 
"Arsyil, mau sepatu roda yang mana?", tanya Bunda. Arsyil yang dari tadi bengong, langsung terkejut.
"Kok Arsyil diem aja, sih? Gak ada yang Arsyil suka, ya?", tanya Bunda lagi.
Arsyil terdiam. Sejak tadi bertemu Heru, ia jadi terus kepikiran. Kasihan Heru. Sepatu untuk sekolah saja dia tak punya.
"Bun, boleh ga kalau uangnya kita beliin sepatu sekolah yang baru aja buat Heru?", ujar Arsyil tiba-tiba. Bunda sedikit terkejut, tapi kemudian membelai kepala Arsyil lembut.
"Tapi kalau uangnya dibelikan sepatu buat Heru, Arsyil gak bisa beli sepaty roda. Gimana?"
"Gak apa-apa, Bun. Kasihan Heru."
Akhirnya, Bunda minta maaf kepada pemilik toko perlengkapan olahraga karena tidak jadi membeli.
Mereka berdua kemudian pergi ke toko sepatu. Arsyil memilihkan sendiri sepatu sekolah untuk Heru. Ukuran sepatunya sama dengan milik Arsyil.
Selesai membayar di kasir, Arsyil dan Bunda bergegas pergi ke rumah Heru. Rumahnya di kampung sebelah komplek.

***

"Assalamualaikum..", ucap Bunda dan Arsyil setibanya di rumah Heru.
"Waalaikumsalam..", Bi Iroh yang membukakakan pintu.
"Eh, Bu. Ada apa, ya? Ayo masuk, Bu!", Bi Iroh terkejut melihat kedatangan Bunda dan Arsyil.
"Ini, Arsyil bawa sesuatu buat Heru, Bi..", Bunda membuka pembicaraan.
"Oh.. Sebentar bibi panggil Heru, ya!", ujar Bi Iroh seraya memanggil Heru. Tak lama, Heru muncul. 
"Eh, Arsyil! Kok tumben ke sini?", tanyanya bingung. Arsyil langsung menyodorkan plastik berisi sepatu yang tadi dibelinya.
"Ini buatku?", tanya Heru semakin bingung. Arsyil cuma mengangguk sambil tertawa kecil.
"Ayo dibuka, dong!", serunya. Heru pun segera mengeluarkan kardus dari dalam plastik itu.
"Sepatuuu??", Heru berseru, "Ini buatku??"
"Iya.. Sepatu sekolah kamu kan sudah jebol," jawab Arsyil. 
"Terima kasih, Arsyil.. Aku suka sepatunya! Terima kasih, ya..", ucap Heru terharu.
Sore itu, Arsyil tidak jadi membeli sepatu roda. Tapi hatinya senang karena sudah bisa membelikan Heru sepatu sekolah yang baru. 

***

Hari ini Papa pulang dari luar kota. Arsyil sudah menunggu Papa di teras rumah sedari pagi. Ini hari Sabtu, kebetulan Arsyil libur sekolah.
"Papa!", seru Arsyil girang melihat Papa turun dari taksi.
Papa membawa tas ransel dan sebuah kantong besar berwarna merah.
"Ini hadiah buat Arsyil. Semoga Arsyil suka, ya..", Papa menyerahkan kantong merah itu kepada Arsyil. Berat sekali.
"Waaah! Ini apaan, Pa?", tanya Arsyil girang. Di dalam kantong ada sebuah kotak dibungkus kado.
"Ayo dibuka," kata Papa.
Tak sabar Arsyil membukanya.
"Sepatu rodaaaaaa!", Arsyil begitu terkejut dan senang melihat isi di dalam kotak kado itu. Sepasang sepatu roda, lengkap dengan helm pelindung kepala, pelindung siku juga lutut.
"Ini hadiah buat anak Papa yang baik hati, mau berbagi dengan yang membutuhkan," kata Papa. Ternyata Bunda menceritakan apa yang sudah dulakukan Arsyil untuk Heru tempo hari.
"Terima kasih, Pa! Arsyil sukaaa banget sepatu rodanya!"
Benar kata Bunda, kalau kita mau berbagi dengan sesama, Allah akan beri kita pahala dan rezeki kita akan semakin bertambah. Ah, rasanya tak sabar ia menanti sore hari. Bermain sepatu roda bersama teman-teman lain pasti menyenangkan!

Selesai 😊

0 comments:

Post a Comment

 

Template by Suck my Lolly